Ini adalah perjalanan udara terakhirku sampai bulan mei 2020, tepatnya tgl 19 Januari 2020. Pertama kali kakiku menginjak bumi Khatulistiwa (Pontianak), aku disini bukan tanpa tujuan, tapi karena sebuah amanah dan merasa juga sebuah tanggung jawab mengabdikan diri bersatu dengan suami, walau sedikit berat karena harus meninggalkan keluarga besar yang ada di Karanganyar dan juga Tangerang, bukan keputusan yg mudah, tapi aku tau mana yg harus jadi prioritas dan yg mana yg harus jadi secondary.
Alhamdulillah, tepat pada tgl 21 Januari 2020 surat tugasku keluar, yg tadinya aku menjalankan tugas di CGK (Bandara Soekarno-Hatta) kini menjadi di PNK (Bandara Supadio Pontianak), campur aduk lah rasanya, ya seneng tapi ada sedihnya juga karena harus berpisah dengan keluarga dan teman tersayang.
Ekspetasiku selama berada di Pontianak sangat banyak, ibaratnya sudah punya plan A-Z, tapi semua plan itu mendadak terhenti, bahkan satupun blm ada yg terlaksana, dari pengen menelusuri jalan-jalan di Kalbar, menikmati suasana sungai Kapuas, menguji berbagai peninggalan sejarahnya, punya rencana mau liat petasan raksasa yg katanya tiap lebaran dinyalakan di Kapuas hulu, hingga ada rencana cuti bulan Juni karena ada saudaranya yg melaksanakan pernikahan (sekalian lepas kangen sama keluarga & temen2 yg ada di CGK dan Karanganyar), tapi apa daya itu semua hanya sekedar rencana, ketetapan Allah berbeda, Virus itupun meluluh lantahkan asa ribuan orang di Indonesia bahkan dunia, ya dia adalah Covid-19, sekejap semuanya berubah.
Berita pertama terdengar dari negeri tirai bambu (Cina), tercatat Cina melaporkan kepada WHO kasus pertama Covid-19 di penghujung tahun 2019, pada tahun dan bulan tersebut Indonesia masih adem ayem, semua kegiatan masih normal tanpa adanya Covid-19, hanya saja di awal tahun 2020 beberapa wilayah di Indonesia mendapat musibah, terutama kawasan Jabodetabek dan sekitarnya, banjir yg hampir merendam seluruh wilayah Jabodetabek ini mencapai ketinggian lebih dari 2 meter.
Perlahan pasca musibah banjir, semua kembali normal seperti sedia kala, masyarakat yg terdampak banjir pelan-pelan kembali menata kehidupan mereka.
Masuk pada bulan Februari, Cina melaporkan puncak tertinggi kasus Covid-19 nya, yakni yg berada di wilayah Wuhan. Di bulan Febuari Indonesia belum melaporkan kasus Covid-19, kami yg di Indonesia hanya menyaksikan kondisi negara Cina yg semakin memprihatinkan akan adanya Covid-19 ini, dengan adanya pemberitaan media tsb anjuran menggunakan masker sudah diterapkan di beberapa wilayah atau zona tertentu (terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, pusat layanan masyarakat, pusat perbelanjaan, rumah sakit, ataupun daerah yg kondisinya pada keramaian) di wilayah Indonesia.
Masuk Pada bulan Maret, tepat pada tgl 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan adanya wabah Covid-19 yg sudah masuk ke Indonesia yakni dua warga Depok yg dinyatakan positif Covid-19. Ditelusur lebih jauh pasien yg dinyatakan positif, ternyata telah melakukan kontak langsung dengan warga Jepang yg ternyata sudah terinfeksi Covid-19, tanpa sepengetahuan sebelumnya.
Mulai pengumuman resmi dari presiden RI tersebut kondisi di Indonesia menjadi berubah, Indonesia menjadi tidak biasa saja, semua kegiatan mulai di batasi, kegiatan sosial, kegiatan layanan masyarakat, kegiatan pembelajaran dr Play Group sampai Perguruan Tinggi, perkantoran yg sudah menerapkan WFH, dan mulai di tutup nya kegiatan-kegiatan yg melibatkan orang banyak (sosial distancing & psycal distancing), dampak dari adalah WFH tentunya berimbas pada semua kalangan, seperti PHK masal, karyawan banyak yg dirumahkan, serta kerugian sosial lainnya, belum lagi pedagang kecil yg minim pembeli karena pemerintah menganjurkan untuk dirumah saja.
Awal mula mendengar dan menyaksikan berita Covid-19 yg melanda Wuhan, rasanya mengerikan sekali, dan berharap wabah tersebut tidak sampai masuk ke Indonesia, tapi ternyata Allah berkehendak lain, virus tersebut pun mampu menembus dan masuk wilayah Indonesia.
Hingga tepat pada tgl 24 April lalu pemerintah dengan tegas mengeluarkan aturan larangan mudik hingga tgl 1 Juni 2020, aturan tsb berlaku untuk semua jasa transportasi, darat, laut maupun udara, namun dengan mengejutkan tepat pada tgl 7 Mei 2020 pemerintah membuka kembali jalur transportasi, hanya saja dengan aturan yg bisa dibilang ketat dengan tanda kutip "mudik tetap dilarang".
Maret, April dan Mei menjadi bulan yg mengerikan bagi kami, wabah Covid-19 yg setiap harinya semakin melonjak, dari pasien yang dirawat karena Covid, hingga pasien yang meninggal dunia karena Covid. Covid-19 di Indonesia setiap harinya selalu mengalami kenaikan bukan penurunan, bahkan tak kecuali petugas medis banyak yg gugur karena kewalahan menghadapi virus yg ganas ini, namun anehnya masih ada beberapa masyarakat yg menganggap remeh virus ini, terlebih akhir-akhir ini kejadian Sarinah, Bandara, Mall dll yg tidak mengindahkan adanya PSBB membuat sebagian masyarakat yg patuh thd PSBB menjadi geram, termasuk saya.
Bagaimana tidak? Kami yg selalu memprioritaskan kesehatan dengan berupaya rajin cuci tangan, menggunakan masker, mengoalah makanan dgn sehigienis mungkin, selalu dirumah aja, tidak bepergian sembarangan (hanya pergi jika stok sembako habis), tapi ada beberapa oknum yg dengan santainya menggampangkan.
Sedih rasanya, okelah mereka keluar dengan alasan bosan di rumah, etc. Ya kali yg bosen dirumah cuma situ aja, sayapun jg bosan, tapi saya berusaha menahan diri dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini, karena kitapun tidak tau mana yg reaktif mana yg tidak reaktif, mana yg daya tahan tubuh kuat mana daya tahan tubuh yg lemah, dan yg lebih mengerikan adalah OTG (Orang Tanpa Gejala) dan dinyatakan positif Covid-19.
Wajarlah jika muncul hastag #indonesiaterserah dari beberapa tenaga medis, wajar dan manusiawi lah mereka berjuang mati-matian demi kesembuhan pasien, berbulan-bulan mereka tidak bertemu keluarga, setiap hari mengenakan atribut APD lengkap, dan gak kebayang kan betapa menyiksanya mereka menggunakan APD tersebut, makan susah, solat susah, mau kencing aja susah, dan yg lebih bikin nangis mau nafas aja susah.
Ayolah sekali kali pikirkan hidup orang, jangan melulu pikirkan hidup sendiri, mencegah lebih baik daripada mengobati, jalani hidup dengan taat aturan, supaya mata rantai penyebaran Covid-19 terputus dan wabah ini segera berakhir dari negeri kita, dengan bahu membahu dan dengan kerja sama seluruh elemen masyarakat semua akan kembali normal dan baik-baik saja.
Kelak jika pandemi ini telah usai, tentunya akan ada banyak pembelajaran baru, tentang bagaimana prilaku pola hidup sehat dan tidak menyepelekan sebuah penyakit. Jika pandemi ini usai tentunya saya pribadi akan bersyukur kepada Allah SWT, karena dengan kehendaknya pandemi ini usai, dan tentunya saya akan menyelesaikan misi yg telah terhenti karna tertunda.
Dan saya ingin segera mengatakan "Selamat Tinggal Pandemi Covid-19".
Komentar
Posting Komentar